Saturday, March 31, 2018

REVIEW - Victoria's Secret Eau So Sexy edp


Baru gajian nih. Saya langsung cuci mata ke salah satu mall di Surabaya, Tunjungan Plaza. Begitu masuk dan melintas di depan official store Victoria's Secret, saya teringat dengan salah satu wishlist saya, Victoria's Secret Bombshell edp. Maka mampir lah saya ke Victoria's Secret untuk sekedar mengendus-endus si Bombshell edp. Namun, setelah saya rasakan langsung, ternyata Bombshell edp ini rasanya terlalu fruity. Saya kurang cocok, menurut saya aroma fruity adalah jenis aroma parfum yang hanya cocok untuk remaja. Sebagai pecinta parfum newbie, saya suka aroma yang lebih kalem dan manis. Saya lantas mengendus parfum-parfum Victoria's Secret lainnya, kali aja ada  yang cocok. Akhirnya saya tertarik dengan satu parfum yang wanginya kalem tapi cukup memikat dan tidak pasaran, yaitu Victoria's Secret - Eau So Sexy edp. Langsung deh, saya beli varian isi 50ml. Harganya Rp 990.000,-.
Parfum Victoria's Secret - Eau So Sexy edp dikemas didalam dus kotak. Untuk melindungi parfum dari goncangan dunia luar, maka juga terdapat kemasan pelindung warna hitam di dalam dus kotak tersebut. Botolnya warna bening kaca, hanya saja cairan parfum berwarna pink membuat seakan botol parfum ini juga berwarna pink segar. Bentuk botol Victoria's Secret - Eau So Sexy edp terlihat kokoh, besar, dan maskulin, berbanding terbalik dengan judulnya yang sexy. Kemaskulinan tersebut ditutupi dengan hiasan pita plastik hitam manis yang ada pada botol. Namun sayangnya pita tersebut tidak bisa digerakkan atau dilepas. Selain itu, menurut saya pita plastik hitam ini membuat gerakan tutup botol tidak leluasa.
Botol Victoria's Secret Eau So Sexy edp
Victoria's Secret Eau So Sexy edp saat dibuka tutup botolnya

Untuk aroma, Victoria's Secret Eau So Sexy edp terasa sederhana, tidak menyengat seperti parfum-parfum wanita metropolitan yang nakal. Victoria's Secret mengatakan bahwa parfum ini terdiri dari wangi apel, whipped cream, dan bergamot (citrus). Yang paling kentara dari ketiga aroma tersebut adalah aroma apel dan whipped creamnya. Bahkan selain aroma tersebut saya juga merasakan sedikit manisnya vanilla pada Victoria's Secret Eau So Sexy edp ini.
Victoria's Secret Eau So Sexy edp diklaim tahan hingga 8 jam, bahkan dapat bertahan hingga 10 jam jika kita juga menggunakan lotion Victoria's Secret Eau So Sexy. Saya menggunakan parfum ini pada pergelangan tangan, leher, dan lengan masing-masing 1 semprot. Bukan karena takut terlalu wangi, namun lebih karena ngirit. Cukup pricey coooy. 😂 Ditubuh saya, setelah disemprotkan, parfum ini memberikan sillage (jejak wangi) yang manis hingga 4 jam. Setelah itu masih menempel di kulit, memudar dan menghilang pada jam ketujuh. Wangi Victoria's Secret Eau So Sexy edp tergolong tidak nyegrak dan tidak membuat saya pusing. Saya rasa parfum ini cocok untuk penggunaan sehari-hari, ngantor, kuliah, atau jalan-jalan keluar rumah.
Jika Victoria's Secret Eau So Sexy edp milik saya habis, nantinya saya tidak berencana untuk membelinya lagi. Bukan karena saya tidak cocok dengan parfum ini, namun karena saya ingin mengeksplor banyak varian parfum Victoria's Secret lainnya.

Thursday, February 22, 2018

REVIEW - Etude House Double Lasting Foundation Tan


Setelah sekian lama setia menggunakan Etude House - Big Cover BB Concealer, akhirnya persediaan sample sachet yang saya miliki habis. Mau beli di olshop sekarang susah banget nyarinya. Kosmetik asal Korea Selatan memang sudah beberapa bulan ini kena red line (pengawasan bea cukai yang lebih ketat). Alhasil, sebagian kosmetik harganya pada naik dan mulai langka. Saya memutuskan untuk mencari alas bedak yang full size, dengan harapan supaya lebih lama habis dan nyetocknya.


Karena pekerjaan baru sekarang lokasinya lebih jauh dari tempat kerja sebelumnya, saya mantap mengganti alas bedak yang awalnya BB cream menjadi foundation supaya makeup ga cepat luntur dan tetep on terus sampe pulang kerja. Cuman, masalah yang saya pikir selanjutnya adalah tekstur foundation yang lebih berat dari BB cream. Saya takut kulit wajah makin susah bernafas dan malah breakout karena tertutup foundation. Oleh karena itu, saya lebih cermat dalam browsing soal foundation ini. Beberapa beauty blogger menyarankan Etude House Double Lasting Foundation yang terkenal bertekstur encer, ringan, namun tetap full coverage dan blendable. Banyak juga review yang mengklaim produk ini kualitasnya mirip dengan foundation mahal merk Estee Lauder.
Pertengahan Februari 2018 akhirnya saya membeli Etude House Double Lasting Foundation secara online via Tokopedia karena foundie ini tidak tersedia di offline store Etude House di salah satu mall Surabaya dekat rumah saya. Saya membelinya seharga Rp 185.000,- dengan ukuran 30ml (belum termasuk ongkir).
Saya suka maksimal dengan kemasan utama Etude House Double Lasting Foundation ini. Botol doffnya kokoh, branded, dan higienis karena tutup botolnya menggunakan pump. Saat ditekan, tutupnya mengeluarkan cairan foundation dengan jumlah yang pas.
Kemasan Etude House Double Lasting Foundation mendetail dengan pump
Mayoritas olshop menjual Etude House Double Lasting Foundation dalam 6 varian warna. Mulai dari Fair, Vanilla, Beige, Sand, Tan, dan Amber. Banyak beauty blogger mengatakan bahwa range warna foundie ini tergolong cerah mengikuti kulit orang Korea. Disini saya mulai kebingungan memilih shade. Mau pilih yang tengah-tengah, takut masih keputihan. Mau milih yang gelap, takut nanti lebih gelap dari wajah saya. Akhirnya saya memilih warna Tan yang notabene adalah warna tergelap kedua setelah Amber. Oh iya, warna kulit saya tergolong kuning sedang (tidak terlalu gelap, tapi tidak bisa dikatakan putih juga 😂). Alhamdulillah, ternyata warna Tan pada Etude House Double Lasting Foundation cocok untuk saya, membuat warna kulit setingkat lebih cerah. Warna Tannya mirip dengan warna cokelat kardus kemasan foundation pada gambar pertama postingan ini. Oh iya, for your information, Etude House Double Lasting Foundation mengandung SPF 34 PA++ yang dapat menghindarkan kulit dari paparan langsung sinar matahari.


Swatch pada punggung tangan, separuh sebelah kanan menggunakan Etude House Double Lasting Foundation
Etude House Double Lasting Foundation memiliki wangi khas produk Etude. Saya tidak merasa terganggu dengan wangi lembutnya. Cairannya lebih encer dan tidak sepekat foundation pada umumnya. Menurut saya tingkat kekentalannya mirip dengan BB Cream. Saat diaplikasikan ke wajah pun rasanya mirip maksimal dengan BB Cream, sangat ringan sehingga saya merasa seakan-akan tidak menggunakan alas bedak. Kulit saya tidak merasa gerah dengan penggunaan Etude House Double Lasting Foundation. Daya coverage Etude House Double Lasting Foundation sangat baik, ia mampu meratakan warna kulit dan menutup pori-pori sehingga kulit tampak sehat dan cantik. Untuk penggunaan sehari-hari di kantor, foundation ini mampu bertahan hingga malam hari sebelum makeup dibersihkan. Kulit masih terlihat mulus dan tidak kucel.
Hasil penggunaan Etude House Double Lasting Foundation, SilkyGirl CC Powder, MakeOver Contour Kit
Muka seakan resolusi HD+ abis pake Etude House Double Lasting Foundation


Dan yang sangat saya senangi, produk ini tidak membuat kulit saya berjerawat atau beruntusan sekali pun pada penggunaan pertama kali (biasanya kulit saya langsung beruntusan atau terasa cekit-cekit jika tidak cocok pada penggunaan produk kosmetik pertama kali).
Yaaah intinya sih sekarang saya jatuh hati pada Etude House Double Lasting Foundation shade Tan ini. Agak tergolong mahal sih, tapi menurut saya produk ini fully worth it to buy. Terasa ringan, daya coverage bagus, tahan lama, dan tidak membuat kulit saya alergi.

Monday, January 8, 2018

Gangguan Telinga Kresek-Kresek, Kenapa Ya?

Awal Desember 2017 lalu, tiba-tiba telinga kiri saya mengalami sedikit gangguan. Namun sekarang Alhamdulillah telinga saya tersebut sudah kembali normal. Awalnya, saya merasa ada bunyi mirip gelembung detergen pecah di telinga. Bunyi tersebut terjadi berkali-kali sepanjang hari dan makin terasa ketika saya berada di ruangan sunyi atau hendak tidur. Karena tidak terasa nyeri dan sakit, maka saya mengacuhkan gangguan ini. Namun seminggu kemudian, bunyi gelembung tersebut terdengar makin keras. Malah mirip dengan suara kantong plastik yang dimainkan di dekat telinga, "kresek-kresek".
Dengan penuh rasa penasaran, saya iseng mencari gejala-gejala yang saya alami di Google. Beberapa yang saya alami sebelumnya antara lain flu dan gatalnya telinga. Dannn.... saya tercengang ketika yang muncul adalah penyakit-penyakit menakutkan, seperti tinnitus, otitis media akut, kerusakan gendang telinga, infeksi telinga, dan gangguan telinga lain yang dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen. Referensi pada Google tersebut membuat saya makin takut, tidak nyaman, sedih, dan deg-degan.


Untuk menghilangkan segala perasaan takut, saya mantap mendatangi dokter spesialis THT di Surabaya. Salah satu dokter yang direkomendasikan oleh orang-orang adalah dokter Haryono Kusuma, Sp. THT di Jalan Ngagel Jaya No 50 (seberang toko buku). Sempat ragu sih, karena dokter Haryono Kusuma ini sudah tergolong sepuh (tua). Namun banyaknya pasien yang berkunjung membuat keraguan saya hilang dan yakin jika dokter Haryono Kusuma ini memang dokter spesialis THT tokcer dan berpengalaman.
Ketika saya berobat pada dokter Haryono Kusuma, saya menjelaskan kronologi yang saya duga ada hubungannya dengan bunyi kresek-kresek pada telinga. "Jadi dok, sebelum bunyi kemeresek ini saya flu dan pilek dok. Selain itu seingat saya, saya juga sempat keselek air minum dan telinga basah karena berenang. Lalu bunyi kemeresek ini sudah terjadi kurang lebih selama seminggu."
Kemudian dengan tenang dokter Haryono Kusuma memeriksa telinga saya. "Wah, ini telinganya kotor. Lembab sekali. Ini pasti di rumah suka bersihin telinga pake korek kuping (cotton bud) ya? Kalo dibersihkan begitu bukannya makin bersih, malah makin kedorong ke dalam kotorannya. Tapi gendang telinganya bagus kok. Saya bersihkan dulu ya kotorannya."


Telinga saya dibersihkan dokter Haryono Kusuma dengan alat khusus seperti sumpit besi dengan ujung seperti kait untuk mengambil kotoran telinga. Dan ternyata telinga saya memang kotor. Earwax (cairan telinga) saya banyak dan berwarna cokelat pekat hampir menyerupai darah, namun bukan darah. Bukan hanya telinga kiri yang bermasalah saja, dokter Haryono Kusuma juga membersihkan telinga kanan saya. Ternyata telinga kanan saya juga kotor. Setelah dibersihkan dokter, telinga saya terasa lebih segar dan plong. Kata dokter, untung saya segera menemui dokter THT. Jika kotoran telinga tersebut dibiarkan lebih lama, telinga saya akan mengalami kopokan (mengeluarkan nanah dan pendengaran terganggu).
Ilustrasi: membersihkan telinga di dokter THT (source: google)
"Lho dok, barusan sudah dibersihkan tapi kok suara kemereseknya masih ada ya", heran saya. Dokter Haryono Kusuma lantas menjelaskan bahwa bunyi kemeresek itu akan hilang dan telinga tidak  bermasalah lagi dalam beberapa hari kemudian. Anggap saja sekarang masa penyembuhan kata dokter. Dokter Haryono Kusuma juga memberikan nasehat agar saya menjaga telinga agar tidak lembab. Telinga tidak boleh basah karena kehujanan, mandi, dan terlalu lama berada di ruang ber-AC. Dan sebisa mungkin kita harus tuntas dalam mengobati flu dan pilek. Jika tidak, maka telinga akan mengalami gangguan.
Setelah selesai diperiksa dan dibersihkan, dokter Haryono Kusuma meresepi saya dua macam obat, dimana satu obat kemasan dan satunya lagi adalah obat racikan. Jika saya baca pada Google, kedua obat tersebut tergolong antibiotik untuk menanggulangi radang.
Saya mengonsumsi obat dengan teratur selama lima hari. Dan seminggu kemudian Alhamdulillah saya sembuh. Saya sangat berterima kasih pada dokter Haryono Kusuma, Sp THT. Dan, saya mendapatkan pesan berharga dari pengalaman ini: "Jika mengalami gangguan kesehatan, jangan mencari gelaja kesehatan anda pada Google. Namun, segera lah menemui dokter berpengalaman yang anda percaya."