Satu, dua, tiga. Telunjukku bergerak menunjuk dan berhitung ke setiap sudut di dalam rumah ini. Terlalu banyak sudut kosong yang sekarang tak lagi disinggahi sang empunya, bapak.
Mulai dari ruang makan, teras rumah, ruang tidur, hingga ruang depan yang menjadi sebuah sudut dimana semua anggota keluarga rumah ini tertawa dan berbagi cerita kini sepi.
Begitu juga sebuah sofa di ruang depan yang dulunya setia menjadi tempat duduk bapak ketika menungguiku pulang kuliah kini telah usang.
Bapak, tidak terasa sekarang sudah memasuki musim hujan. Bukan air gerimis, namun kenangan tentang hujan lah yang membuatku takut kesakitan. Kenangan tentang bagaimana paniknya bapak ketika adik menggigil kehujanan sepulang sekolah. Kenangan tentang hangatnya melingkarkan tangan dan bersandar manja di lengan bapak. Juga kenangan tentang bagaimana lebar dan indahnya senyum canda bapak yang membuatku lupa dengan dinginnya hujan di luar sana.
Sosok bapak yang penuh perhatian dan kasih sayang dalam diamnya akan selalu membuatku hanyut dalam kenangan ini.
Realita gatal-gatal perih. Aku masih belum tahu bagaimana cara merawat gatal tersebut dengan baik, hingga nampaknya semua sudah terlambat. Karena jika semakin kugaruk rasanya akan semakin perih dan malah menimbulkan bekas luka yang mendalam.
Bapak, tenanglah di tempat barumu. Semoga Allah SWT senantiasa melindungimu, mengampuni segala kesalahanmu, dan selalu mengasihimu sebagaimana bapak telah mengasihiku sedari aku masih kecil.
Ditulis di salah satu sudut kosong, di musim hujan (17 Desember 2014)
Yang senantiasa merindukanmu, Eka Mulya Agustina
*pelukin ekaaaaaaa*
ReplyDeleteyang sabar ya sis.......