"Ngasih darah buat orang lain yang ngga dikenal aja dia mau, apalagi ngasih seluruh hidupnya buat kamu."
Saya rasa quote buatan saya di atas cukup masuk akal. Darah
adalah salah satu unsur vital yang membantu manusia untuk bertahan hidup. Tidak
ada manusia yang bisa hidup tanpa darah mengalir di tubuhnya. Ketika memberikan
darah kita untuk orang lain yang sedang kritis, bisa dikatakan bahwa kita telah
memberikan sebagian kehidupan kita demi kehidupan orang lain.
Sebagian orang masih menganggap donor darah merupakan kegiatan
yang sangat mengerikan. Kegiatan dimana seorang tenaga medis akan menusukkan
jarum suntik dengan ukuran sangat besar ke kulit dan menghisap darah pendonor.
Ditambah lagi dengan membayangkan bahwa pendonor akan kehilangan darahnya
beberapa ratus mililiter yang akan ditakar dalam kantong darah PMI. Memang,
kegiatan donor darah membutuhkan orang-orang hebat dengan adrenalin tinggi.
Namun saya berhasil mematahkan segala keraguan klasik
tersebut dan mewujudkan harapan saya untuk mendonor darah pertama kalinya di usia
20 tahun. Alasan yang melatarbelakangi harapan tersebut sederhana, yaitu bayang-bayang
jika dalam kondisi kritis saya atau orang lain di sekitar saya kesulitan
mendapatkan donor darah karena terlalu banyak orang yang enggan mendonor darah.
Ya, banyak sekali orang yang membutuhkan darah di luar sana, mulai dari penderita
penyakit kronis, kecelakaan, ibu hamil, orang tua dan anak kecil. Dan darah
yang mereka butuhkan tidak hanya satu atau dua kantong darah, tetapi BANYAK.
Pengalaman pertama akan selalu berkesan, tak terkecuali
pengalaman pertama saya saat mendonor darah. Takut, ragu-ragu, dan deg-degan
adalah sebagian perasaan wajar sesaat sebelum melakukan cek kesehatan. Cek kesehatan
yang saya maksud adalah cek standar seperti cek berat badan, tekanan darah,
kadar hemoglobin, dan keluhan penyakit yang sedang dirasakan. Perasaan negatif
tersebut berangsur-angsur berubah 180 derajat menjadi antusiasme ketika petugas
cek kesehatan menyatakan saya layak mendonor darah. Proses pengambilan darah
berlangsung kurang dari 10 menit. Seusai pengambilan darah, saya menghampiri
petugas lain untuk mendapatkan kartu donor darah dan sekantong kotak berisi
susu, snack, air mineral, dan vitamin penambah darah yang akan membantu
menstabilkan kondisi tubuh pasca donor darah.
Dan anda tahu, bagaimana rasanya ketika proses pengambilan
darah berlangsung? Bagi saya yang notabene adalah penonor junior, rasa suntikan jarum donor darah hanya
seperti menekankan kuku ibu jari ke lengan. Dengan jelas terasa juga detak
pembuluh darah saya, menyenangkan sekali. Sisanya adalah perasaan lega saat darah
perlahan memenuhi kantong darah yang siap disumbangkan ke orang lain.
Mendonorkan darah ternyata menyenangkan sekali, rasanya
ingin datang ke PMI di kemudian hari untuk mendonor lagi. Bagaimana menurut
anda? Saran saya, buang rasa takut untuk mendonor darah dengan niat baik anda
dan jadikan donor darah sebagai life style untuk membantu orang lain dalam
bidang kesehatan. Semoga tulisan ini dapat menguatkan anda yang masih ragu
untuk mendonor darah.
Kartu Donor Darah Saya, Golongan Darah B |
No comments:
Post a Comment