Mereka adalah dua orang aneh. Tidak pernah bertemu, namun akrab di dunia maya. Tidak pernah bertatap muka, namun sering berbagi cerita. Mereka hanya dua orang yang saling gemar membalas pesan singkat via telepon genggam masing-masing. Hingga pada suatu malam yang cerah...
Apa kamu tidak keberatan jika lusa aku mengajakmu makan siang di kedai makanan favoritku?
Si lelaki berfikir dengan hati-hati sambil mengetikkan pesan tersebut. Semua laki-laki termasuk dirinya paham jika pemilihan kata penting dilakukan, terlebih saat menghadapi seorang perempuan. Entah pertanda dirinya lemah atau kuat. Lemah sebagai lelaki yang seyogyanya memulai pendekatan atau kuat sebagai lelaki dengan imannya. Seketika ia menghapus pesan tersebut, membatalkan diri untuk mengirimnya. Nampak sekali sang lelaki paham, Tuhan sedang bercanda dengan imannya.
Hari silih berganti, lusa menjadi hari ini. Sang lelaki tercengang di antara rak toko buku. Untuk kali pertama ia dapat menyaksikan sang perempuan di dunia nyata. Tepat beberapa langkah di hadapan sang lelaki, seorang perempuan berkerudung merah dengan paras teduh sedang menelusuri deretan buku resep masakan. Entah karena kebetulan, jodoh, atau Tuhan sedang bercanda dengan iman sang lelaki untuk kedua kalinya.
Sang lelaki mendatangi sang perempuan berkerudung merah. Dirinya menyerahkan tangan kanan hendak berjabat tangan. Namun Tuhan kembali bercanda dengan iman sang lelaki untuk ketiga kalinya. Perempuan berkerudung merah hanya membalas jabatan tangan itu dengan mengatupkan kedua telapak tangan sambil menyapa, "Senang bertemu denganmu." Sang perempuan paham bahwa jabatan tangan akan berbahaya. Terlebih dengan lawan jenis yang belum memiliki ikatan dengannya. Sama dengan bahaya masuk ke kandang penuh macan kelaparan.
Sang lelaki tersenyum. Berhubung beberapa buku idaman sudah didapatkan, ia undur diri dari hadapan sang perempuan tepat sebelum Tuhan bercanda dengan imannya untuk yang keempat kali.
No comments:
Post a Comment